Beranda » Blog » Syarat Ekspor Tempe ke Jepang: Panduan untuk Eksportir

Syarat Ekspor Tempe ke Jepang: Panduan untuk Eksportir

Syarat Ekspor Tempe ke Jepang

Syarat Ekspor Tempe ke Jepang – Tempe merupakan salah satu produk olahan kedelai khas Indonesia yang semakin di kenal dunia berkat kandungan gizinya yang tinggi, ramah lingkungan, serta cocok untuk diet vegetarian maupun vegan. Jepang, sebagai negara dengan budaya konsumsi kedelai yang kuat (misalnya pada produk seperti natto, miso, dan tofu), menjadi pasar potensial bagi tempe Indonesia. Namun, untuk dapat menembus pasar Jepang, eksportir perlu memahami syarat ekspor tempe yang berlaku baik dari sisi regulasi Indonesia maupun ketentuan impor Jepang.

Maka, artikel ini akan membahas secara detail persyaratan ekspor tempe ke Jepang, mulai dari dokumen, sertifikasi, hingga standar keamanan pangan yang wajib di penuhi.

Baca juga: Ekspor Tempe ke Korea: Syarat dan Strategi

Mengapa Jepang Potensial untuk Ekspor Tempe?

  1. Tingginya konsumsi produk kedelai – masyarakat Jepang terbiasa mengonsumsi produk berbasis kedelai.
  2. Kemudian, Gaya hidup sehat – tempe di anggap sebagai superfood dengan kandungan protein nabati tinggi.
  3. Pasar vegan dan vegetarian – meningkatnya tren veganisme membuat permintaan tempe semakin besar.
  4. Hubungan dagang Indonesia–Jepang – adanya Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement (IJEPA) mempermudah akses pasar.

Syarat Ekspor Tempe ke Jepang

Dokumen Ekspor dari Indonesia

Sebelum mengirim tempe, eksportir harus melengkapi dokumen ekspor standar dari Indonesia, antara lain:

  • NIB (Nomor Induk Berusaha)
  • Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) / Izin OSS
  • Invoice & Packing List
  • Bill of Lading (B/L) atau Airway Bill (AWB)
  • Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

Sertifikat dari Indonesia

  • Sertifikat Kesehatan / Health Certificate dari Karantina Pertanian.
  • Sertifikat Phytosanitary jika di minta (meskipun tempe produk olahan, beberapa negara tetap meminta).
  • Sertifikat Halal (opsional, tetapi menjadi nilai tambah karena konsumen Jepang mulai peduli produk halal).
  • Nomor Kontrol Veteriner (NKV) untuk memastikan produk diolah di fasilitas higienis.

Baca juga: Biaya Pengurusan NKV: Syarat dan Prosedur Terbaru

Persyaratan Impor di Jepang

Jepang memiliki regulasi ketat terkait keamanan pangan yang di atur oleh Ministry of Health, Labour and Welfare (MHLW). Beberapa syarat utama:

  • Registrasi Produk – tempe harus didaftarkan sebagai produk pangan olahan yang sah untuk diedarkan di Jepang.
  • Uji Keamanan Pangan – produk harus bebas dari kontaminasi bakteri berbahaya, logam berat, dan pestisida.
  • Labeling sesuai aturan Jepang: mencakup asal produk, komposisi, tanggal kedaluwarsa, serta cara penyimpanan.
  • Kemasan – harus food grade, higienis, dan sesuai standar Jepang (umumnya menggunakan vacuum pack atau frozen packaging).

Standar Mutu Tempe untuk Ekspor

  • Menggunakan kedelai berkualitas tinggi.
  • Bebas dari bahan kimia berbahaya.
  • Di produksi dengan standar Good Manufacturing Practices (GMP).
  • Memiliki umur simpan cukup panjang (lebih dari 3–6 bulan bila beku).

Tantangan Ekspor Tempe ke Jepang

  • Daya tahan produk – tempe segar memiliki masa simpan pendek, sehingga perlu pengolahan tambahan (misalnya tempe beku).
  • Persaingan dengan produk lokal Jepang – meski tempe belum sepopuler tofu atau natto, beberapa produsen lokal Jepang sudah mulai memproduksinya.
  • Biaya logistik – pengiriman frozen food ke Jepang membutuhkan rantai dingin (cold chain logistics) yang biayanya relatif tinggi.

Baca juga: Ekspor Jengkol ke Malaysia: Syarat, Prosedur dan Biaya

Tips Sukses Ekspor Tempe ke Jepang

  1. Gunakan kemasan vakum beku agar tempe bertahan lebih lama.
  2. Pastikan memiliki mitra importir di Jepang yang sudah berlisensi.
  3. Lengkapi produk dengan sertifikat Halal, HACCP, ISO 22000, atau FSSC 22000 untuk meningkatkan kepercayaan pembeli.
  4. Manfaatkan pameran makanan internasional di Jepang seperti Foodex Japan untuk memperluas jaringan.

Simulasi biaya ekspor tempe dari Indonesia ke Jepang

Berikut simulasi perkiraan biaya ekspor tempe dari Indonesia ke Jepang berdasarkan asumsi-kasus, serta komponen-komponen yang perlu di perhitungkan. Angka-angka adalah estimasi supaya bisa membantu perencanaan; data aktual bisa berbeda tergantung lokasi, volume, musim, dan kebijakan aktual.

Asumsi Dasar

Untuk simulasi ini, kita anggap:

  • Volume kiriman: 1 ton tempe beku (1.000 kg)
  • Produk dikemas dengan standar untuk ekspor (kemasan vacuum/freezer, box pengaman, etc)
  • Pengiriman via laut (sea freight), menggunakan kontainer reefer (pendingin)
  • Tempat pengambilan di Bandung / Jawa Barat, Indonesia; tujuan pelabuhan utama di Jepang (contoh: Tokyo atau Osaka)
  • Tidak ada gangguan regulasi khusus di luar standar yang sudah disepakati (sertifikasi, dokumen, dll)
  • Nilai tukar Rp 15.000 per USD (untuk contoh)

Komponen Biaya

Berikut komponen-biaya yang biasanya muncul dalam ekspor tempe:

Komponen Keterangan
Produksi & pengemasan Biaya bahan baku kedelai, fermentasi, pemotongan, pengemasan vacuum/freezer, pengepakan ke dalam box kayu/kardus khusus, dan beku awal (freezer)
Sertifikasi & dokumen ekspor Health certificate, sertifikasi keamanan pangan (HACCP / ISO / setara), dokumen ekspor (proforma invoice, packing list, sertifikat asal, dokumen karantina / phytosanitary jika diperlukan), izin usaha, bea keluar (jika ada)
Transport lokal ke pelabuhan eksportir Dari pabrik/gudang ke pelabuhan asal (Jakarta / Surabaya dsb.) dengan truk atau kendaraan berpendingin
Biaya cold storage / pendingin Penyimpanan di fasilitas beku sebelum pengiriman, penanganan suhu dingin selama loading, handling di pelabuhan, dll
Biaya pengiriman laut Sewa kontainer reefer, biaya muat, ongkos angkut laut dari pelabuhan Indonesia ke pelabuhan Jepang
Asuransi & bea masuk (impor Jepang) Asuransi barang selama pengiriman, bea masuk Jepang jika berlaku, pajak impor Jepang & customs clearance di Jepang
Biaya tambahan lain Biaya fumigasi (jika diperlukan), biaya handling pelabuhan, biaya inspeksi, margin keuntungan, biaya logistik internal, fee importir di Jepang (jika dibebankan ke eksportir), fluktuasi kurs

Simulasi Perhitungan Biaya

Berikut simulasi estimasi biaya untuk volume 1 ton tempe beku:

Komponen Estimasi Biaya
Produksi & pengemasan USD 1.500 – 2.000 (≈ Rp 22,5 juta ‒ Rp 30 juta) — tergantung mutu bahan, biaya tenaga kerja & pengemasan beku
Sertifikasi & dokumen USD 300 – 500 (≈ Rp 4,5 juta ‒ Rp 7,5 juta)
Transport lokal & cold storage (Indonesia)** USD 200 – 400 (≈ Rp 3 juta ‒ Rp 6 juta)
Pengiriman laut (sea freight-reefer)** USD 600 – 1.200 (≈ Rp 9 juta ‒ Rp 18 juta) — asumsi kontainer sebagian terisi & tarif reefer premium karena temperatur dingin diperlukan
Asuransi & handling pelabuhan USD 100 – 250 (≈ Rp 1,5 juta ‒ Rp 3,75 juta)
Bea masuk / pajak impor Jepang & clearance Bisa bervariasi; mungkin ada tarif, pajak konsumsi, biaya clearance — estimasi USD 200 – 500 (≈ Rp 3 juta ‒ Rp 7,5 juta)
Biaya tambahan lain USD 100 – 300 (≈ Rp 1,5 juta ‒ Rp 4,5 juta)

Total Perkiraan

Menjumlah semua estimasi di atas:

  • Estimasi rendah: sekitar USD 2.900
  • Estimasi tinggi: sekitar USD 5.150

Jika dikonversi ke rupiah (kurs USD 1 = Rp 15.000), maka:

  • Kisaran rendah: ≈ Rp 43,5 juta
  • Kisaran tinggi: ≈ Rp 77,25 juta

Jadi, untuk kiriman 1 ton tempe beku, biaya ekspor sampai ke Jepang bisa sekitar Rp 45 juta sampai Rp 80 juta (tergantung berbagai faktor).

Catatan & Variabel Syarat Ekspor Tempe yang Bisa Mengubah Biaya

  • Volume: semakin besar volume, biaya per kg biasanya bisa turun karena efisiensi kontainer dan negosiasi tarif pengiriman
  • Rute pelayaran / pelabuhan tujuan: jika pengiriman ke pelabuhan yang jauh atau memerlukan transit panjang, biayanya bisa lebih tinggi
  • Musim & permintaan kontainer reefer: tarif pengiriman dingin bisa naik saat demand tinggi / bahan bakar mahal
  • Fluktuasi kurs valuta asing: bisa mempengaruhi komponen biaya dalam USD yang harus dibayar rupiah
  • Regulasi khusus Jepang: jika ada pemeriksaan tambahan atau sertifikasi lebih (contoh: residu pestisida, mikrobiologi), bisa menambah biaya lab atau inspeksi
  • Kondisi kualitas & kemasan: jika perlu kemasan premium (misal kemasan tahan beku lama atau kemasan impor), bisa tambah mahal
  • Negosiasi & kerja sama dengan importir di Jepang: siapa yang menanggung bea masuk, pajak, biaya pengiriman lokal di Jepang bisa mempengaruhi pembebanan biaya.

Baca juga: Syarat Ekspor Porang ke Jepang: Panduan Lengkap

FAQ Seputar Ekspor Tempe ke Jepang

Apakah tempe harus dalam kondisi beku untuk diekspor ke Jepang?

Ya, sebaiknya dalam bentuk frozen tempe agar umur simpannya panjang (hingga 6–12 bulan).

Apakah Jepang mewajibkan sertifikat halal?

Tidak wajib, tetapi akan menjadi nilai tambah karena banyak konsumen Jepang mencari produk halal.

Apakah perlu uji laboratorium sebelum ekspor?

Ya, Jepang mensyaratkan hasil uji keamanan pangan, khususnya terkait mikroba, logam berat, dan residu pestisida.

Apakah UMKM bisa ekspor tempe ke Jepang?

Bisa, asalkan memenuhi standar dokumen, sertifikasi, dan menjalin kerja sama dengan importir resmi di Jepang.

Ekspor tempe ke Jepang memiliki prospek yang cerah mengingat tingginya minat konsumen terhadap produk berbasis kedelai dan makanan sehat. Namun, eksportir Indonesia wajib memenuhi persyaratan ekspor seperti dokumen, sertifikasi, standar keamanan pangan Jepang, serta memastikan pengemasan sesuai regulasi. Dengan strategi yang tepat dan pemenuhan standar mutu, tempe Indonesia berpeluang menjadi produk unggulan di pasar Jepang.


Jika Anda mencari mitra profesional untuk mendukung bisnis ekspor, impor, undername, bea cukai, atau freight forwarding, PT Jangkar Global Groups adalah solusi terpercaya yang mengutamakan kecepatan, kualitas, dan kepuasan pelanggan. Cek layanan kami disini!

YUK KONSULTASIKAN DULU KEBUTUHAN ANDA,
HUBUNGI KAMI UNTUK INFORMASI & PEMESANAN

Email :
support[at]jasaeksporimpor.co.id

Telp kantor :
(021) 2200 8353
(021) 2298 6852

Pengaduan Pelanggan :
0877 9699 9992 (Jasa Ekspor)
0877 9699 9994 (Jasa Impor)

Google Maps : PT Jangkar Global Groups

Scroll to Top